Tentang Seorang Nenek



Tadi ke bengkel buat nambal ban yang  lagi2 bocor. Di kursi tunggu ada nenek2 githu lagi ngerokok. Mas2 bengkelnya berkali-kali nyuruh saya duduk. Mungkin kasian ngeliat saya berdiri ga jelas nungguin motor yang lagi dibaikin, sampai si nenek ikut2an nyuruh duduk. “udah kebanyakan duduk tadi” tolak saya halus. Jujur saja saya memang tidak suka dekat dengan orang yang merokok. Selain karena tidak tahan dan tidak mau menghirup asap nya, saya juga tidak suka jika ada bau asap rokok yang menempel di baju saya. untunglah anggota keluarga saya dirumah tidak ada yang merokok satupun.

Saya membatin dalam hati, “aduh nek, kasian badannya, uda tua githu masih dirokoin juga”. Berbasa basi sejenak dengan si nenek dan mas bengkel, kemudian hening. Ntah knapa saya memang kurang respect dengan orang2 yang merokok. Karena melihat si nenek merokok, saya pun kehilangan minat untuk mengajak beliau berbicara. 5 menit kemudian si nenek bergumam, “kayanya ga ada ojek lewat”. Si nenek pun kemudian berdiri sambil membawa kantong kresek besar berwarna merah dan melewati saya. spontan saya pun bertanya, “ nenek mau kemana?” “mo pulang, mudahan ada ojek di depan” kata si nenek sambil berjalan terhuyung2.  Nenek itu sudah sepuh sekali. Seluruh rambutnya sudah menjadi putih. Usianya mungkin sudah diatas 85 tahun. Untuk berjalan saja beliau kepayahan. Dan setau saya tidak ada pangkalan ojek di dekat sini. Kasihan sekali melihatnya. “Nek, nanti biar saya antar aja. Tunggu sebentar ya, paling sebentar lagi selesai nambal ban nya.” “Ini pake motor saya aja mba” ujar mas bengkel. Akhirnya saya pun meminjam motor mas bengkel dan mengantar si nenek pulang. si nenek minta berhenti di depan sebuah jalan, “rumah saya sudah dekat kok mba, tinggal nyebrang jalan aja”. Setelah berpamitan saya pun kembali ke bengkel. Dari mas bengkel saya tau bahwa anak beliau bekerja dikepolisian. Nenek itu memang sering menunggu ojek di bengkel beliau. Terkadang jika mas bengkel tidak sibuk, beliau akan mengantarkan si nenek pulang.  Si anak tidak pernah sekalipun mengantar si nenek pulang. bahkan ketika cucu nya lewat didepan bengkel dan si nenek memanggil sang cucu, si cucu berlalu begitu saja. “mungkin ga dengar kali mas ya?” saya bertanya. “aahh, emang ga mau nganterin aja itu.” “loh, kok githu?”  “ga tau lah mba, malu kali” ujar mas bengkel prihatin.


Sedih sekali membayangkan hidup si nenek. Ketika tubuhnya sudah serenta itu anakny tak satupun yang peduli. Saat2 dimana sebenarnya seorang anak diberiikan begitu banyak kesempatan untuk berbuat baik kepada orang tuanya, si anak dengan sombongnya melepaskan semua kesempatan itu. Bahkan tak sungkan2 membuat hati sang ibu terluka. Naudzubillah mindzalik. Terimakasih Allah, kau membiarkan hamba belajar dari kisah si nenek. Smoga nenek dan kedua orang tua hamba tidak pernah merasakan kesedihan semacam itu. Jadikanlah hamba dan saudara2 hamba anak2 yang soleh dan solehah, yang senantiasa mendoakan dan berbakti kepada nenek dan kedua orang tua kami. Berikanlah kebahagiaan dunia dan akhirat untuk mereka, aamiin ya Robb. 

Semoga saja Allah bermurah hati membukakan pintu hati anak2 nenek tadi. Smoga sebelum beliau menghadapMu, Kau berkenan memberikan kado terindah buat si nenek, sebuah kado berupa anak soleh dan solehah, aamiinn ya robbal`alamin.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Al Isra(17):23-24)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar